Untuk mu, pria tangguh ku.
Ayah...
Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.
Bagi ku bersama mu adalah waktu yang tidak akan pernah tergantikan.
Dengan mu, aku bahagia, bahkan sangat bahagia.
Aku merasa nyaman dan aman, kau melindungi melebihi apapun.
Terkadang aku merasa aku tak mau pergi jauh, namun aku pun mengerti, aku perempuan yang kelak akan menikah dan meninggalkan kebersamaan kita.
Begitu banyak hal yang telah kita lalui bersama.
Nakal ku, coleteh nyaring ku, bahkan aku pun kerap membantah, tapi kau tetap sabar.
Mengajari ku banyak hal.
Kau yang mengajariku untuk menjadi diriku sendiri, kau juga yang mengajari ku agar aku mensyukuri apapun yang ku miliki saat ini,
melarang ku untuk mengeluh...
Tahukah Ayah ?
Aku benar-benar bersyukur memiliki mu.
Kaulah yang memberi ku separuh dari kehidupan mu, separuh dari sifat mu, separuh dari baik dan buruk mu.
Kita tercipta nyaris sama.
Ayah, kaulah tempatku bercerita tentang semuanya.
Tentang mimpi-mimpiku,
Terkadang tentang hari yang begitu berat,
ataupun tentang pria idaman ku.
bahkan pria yang kerap datang pada ku.
Benar, kau kerap melarangku banyak hal,
kau melarang ku untuk pergi jauh meskipun setelah usai pendidikan ku,
melarang ku untuk tidak dekat dengan sembarang orang,
menyarankan aku untuk tetap dirumah, tidak pergi jika tidak perlu,
Menanamkan pola pikir yang sama pada ku, bahwanya sukses bukan hanya soal kuliah.
Dan akhirnya aku terhipnotis oleh mu.
Aku tahu kau ingin agar aku aman,
Dan aku menjadarinya.
Ayah,
Yang aku takutkan hanyalah saat kau pergi dan aku kehilangan mu, ataupun sebaliknya.
Saat kau tidak disisi ku,
Saat aku begitu sulit untuk bercerita,
Atau saat kau tidak bisa menguatkan aku lagi karena jarak menghalangi
Ketahuilah itulah kondisi terburuk dan terpuruk ku.
Ayah, dan jika esok tiba waktunya aku mohon tetaplah bimbing aku, untuk menemukan pria idaman ku,
Pria yang akan menjaga ku layaknya dirimu
Dan sangat ku mohon,
Tetap lah seperti ini,
Tetaplah memarahi ku, menasehatiku dan menyayangi ku,
Meski kelak aku telah di boyong suami.
Aku mencintai mu, lebih dari hal apapun.
Ayah...
Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.
Bagi ku bersama mu adalah waktu yang tidak akan pernah tergantikan.
Dengan mu, aku bahagia, bahkan sangat bahagia.
Aku merasa nyaman dan aman, kau melindungi melebihi apapun.
Terkadang aku merasa aku tak mau pergi jauh, namun aku pun mengerti, aku perempuan yang kelak akan menikah dan meninggalkan kebersamaan kita.
Begitu banyak hal yang telah kita lalui bersama.
Nakal ku, coleteh nyaring ku, bahkan aku pun kerap membantah, tapi kau tetap sabar.
Mengajari ku banyak hal.
Kau yang mengajariku untuk menjadi diriku sendiri, kau juga yang mengajari ku agar aku mensyukuri apapun yang ku miliki saat ini,
melarang ku untuk mengeluh...
Tahukah Ayah ?
Aku benar-benar bersyukur memiliki mu.
Kaulah yang memberi ku separuh dari kehidupan mu, separuh dari sifat mu, separuh dari baik dan buruk mu.
Kita tercipta nyaris sama.
Ayah, kaulah tempatku bercerita tentang semuanya.
Tentang mimpi-mimpiku,
Terkadang tentang hari yang begitu berat,
ataupun tentang pria idaman ku.
bahkan pria yang kerap datang pada ku.
Benar, kau kerap melarangku banyak hal,
kau melarang ku untuk pergi jauh meskipun setelah usai pendidikan ku,
melarang ku untuk tidak dekat dengan sembarang orang,
menyarankan aku untuk tetap dirumah, tidak pergi jika tidak perlu,
Menanamkan pola pikir yang sama pada ku, bahwanya sukses bukan hanya soal kuliah.
Dan akhirnya aku terhipnotis oleh mu.
Aku tahu kau ingin agar aku aman,
Dan aku menjadarinya.
Ayah,
Yang aku takutkan hanyalah saat kau pergi dan aku kehilangan mu, ataupun sebaliknya.
Saat kau tidak disisi ku,
Saat aku begitu sulit untuk bercerita,
Atau saat kau tidak bisa menguatkan aku lagi karena jarak menghalangi
Ketahuilah itulah kondisi terburuk dan terpuruk ku.
Ayah, dan jika esok tiba waktunya aku mohon tetaplah bimbing aku, untuk menemukan pria idaman ku,
Pria yang akan menjaga ku layaknya dirimu
Dan sangat ku mohon,
Tetap lah seperti ini,
Tetaplah memarahi ku, menasehatiku dan menyayangi ku,
Meski kelak aku telah di boyong suami.
Aku mencintai mu, lebih dari hal apapun.
Catatan sederhana
dari putri kecilmu
0 Response to "Ayah Ku, Tetaplah Seperti Ini Meski Kelak Aku Telah Diboyong Suami"
Post a Comment